LONCENG CAKRA DONYA SEBAGAI SIMBOL TOLERANSI BUDAYA PADA MASA CHENG HO ABAD KE-16

Yusrizal (2020), LONCENG CAKRA DONYA SEBAGAI SIMBOL TOLERANSI BUDAYA PADA MASA CHENG HO ABAD KE-16. Skripsi, Universitas Samudra.

ABSTRAK

Cheng Ho menjadi penanda kontak budaya antara Nusantara dan China melalui ekspedisi maritime abad ke-15. Dalam menjalankan berbagai misi diplomasi dan negosiasi budaya, hingga penyebaran agama. Selain menggambarkan jejak diplomasi Cheng Ho melalui misi-misi kebudayaan dan perdamaian dengan Negara-negara yang dikunjungi. Laksamana Cheng Ho pernah singgah di bumi Serambi Mekkah ketika mengembara ke berbagai penjuru dunia. Jejaknya masih bias terlihat hingga sekarang. Lonceng Cakra Donya diyakini sebagai bukti kedatangan Cheng Ho ke Aceh ratusan tahun silam. Lonceng kuno ini sekarang tergantung di dekat pintu masuk Museum Aceh.


Tujuan dari penelitian adalah penulis ingin mengetahui untuk merekontruksi sejarah ekspedisi yang dilakukan Cheng Ho di Nusantara khusunya di Aceh pada abad ke-16. Penulis mendalami dan menggali hubungan diplomatic yang dibina oleh Cheng Ho dengan negeri di Nusantara khususnya Aceh. Untuk Lonceng Cakra Donya dapat menjadi sebuah symbol toleransi budaya antar etnik hingga saat ini.


Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode sejarah kritis yang mencakup empat langkah atau taapan, sebagai berikut: mencari dan mengumpulkan berbagai  jenis sumber baik primer maupun sekunder. Melakukan kritik atas sumber-sumber yang dikumpulkan baik kritik ekstern maupun intern guna menguji optentitas dan kredibilitas memunculkan berbagai fakta yang diperlukan dari sumber atau mengumpulkan fakta-fakta dan menjadi suatu kisah sejarah yang lebih bermakna dan sempurna. Target yang akan dijadikan informan sejarah yang lebih bermakna dan sempurna. Target yang akan dijadikan informan penelitian ini. Berdasarkan keperluan penelitian yang dimaksud subyek penelitian disini adalah lonceng cakra donya, dimana lonceng ini di bawa oleh rombongan Cheng Ho dengan menggunakan kapal melewati jalur laut, disamping melihat dampak terhadap hubungan kerajaan Aceh dengan Cina.


Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan baik Kesultanan Samudra Pasai dengan kekaisaran Tiongkok ditandai pemberian hadiah lonceng raksasa. Namanya lonceng Cakra Donya. Tingginya 1,25 meter dengan diameter 1 meter. Lonceng buatan tahun 1409 itu diberikan sebagai hadiah kepada sultan Samudra Pasai pada 1414. Pemberian lonceng itu dilakukan dalam rangka mengikat hubungan persahabatan antara dua kerajaan di Negara yang berbeda. Saat Kesultanan Samudra Pasai menjadi bawahan Kesultanan Aceh pada abad ke-16, lonceng Cakra Donya dibawa ke Banda Aceh oleh Sultan Ali Mughayat Syah.


Dalam penulisan ini banyak terdapat kekurangan maka dari sini, penulis berharap kepada mahasiswa, khususnya pada Prodi Pendidikan Sejarah, baik itu yang terdapat didaerah maupun diluar daerah, agar apat melanjutkan penelitian dengan tema seperti ini, terutama terhadap sejarah tentang Lonceng Cakra Donya dan Toleransi Budaya di Aceh khususnya, sehingga penelitian tersebut dapat menjadi sumber referensi tentang sejarah budaya Islam. Sehingga buku-buku tersebut dapat menjadi sumber bagi penelitian dan bagi generasi selanjutnya.

Kata kunci : Lonceng Cakra Donya, Toleransi dan Budaya

File ::(login required)
Tipe Items : Skripsi
Penulis/Penyusun : Yusrizal
Fakultas : Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan
Program.Studi : Pendidikan Sejarah (2020)
Tanggal disimpan : 17-12-2020 10:49
Terakhir diubah : 25-02-2021 16:19
Penerbit : Langsa, Universitas Samudra, 2020
URI : https://etd.unsam.ac.id/detail.php?id=804
Root : https://www.unsam.ac.id
Kembali ke atas!