SUATU STUDI AKULTURASI SUKU ANGKOLA-MANDAILING DI KOTA LANGSA (STUDI KASUS DI DESA ALUE MERBAU)

Rian Faizuri (2023), SUATU STUDI AKULTURASI SUKU ANGKOLA-MANDAILING DI KOTA LANGSA (STUDI KASUS DI DESA ALUE MERBAU) . Skripsi, Universitas Samudra.

ABSTRAK

Menurut mitologi Batak, asal mula suku Batak berasal dari tanah Batak, tepatnya dari gunung Pusuk Buhit. Namun, Suku Batak bukan hanya ada di Sumatera saja tetapi ada juga di Aceh terkhusus di Kota Langsa. Adanya Suku Batak di Desa Alue Merbau dahulunya merantau dari Kecamatan Padang Sidempuan (Sumatera Utara) ke Aceh. Masyarakat Desa Alue merbau bertemu dan bergaul dengan kelompok Suku Aceh, yang mana setiap anggota akan memainkan peran sebagai pengungkapan kedudukan sebagai makhluk sosial dalam masyarakat Desa Alue Merbau berdasarkan tujuan sosialnya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain hubungan sosial yang terjadi demi meningkatkan hubungan kekerabatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kekerabatan suku Angkola-Mandailing di Kota Langsa dan untuk mengetahui peran suku Angkola-Mandailing dalam sistem kekerabatan di tengah masyarakat desa alue merbau. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Historis dan Etnografi, yang dilakukan dengan langkah-langkah Heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Penelitian Etnografi dilakukan dengan mengumpulkan bahan keterangan atau data yang dilakukan secara sistematik mengenai cara hidup serta berbagai aktivitas sosial dan berbagai benda kebudayaan dari suatu masyarakat. Adapun hasil dari penelitian ini yaitu terjadi akulturasi pada masyarakat desa Alue Merbau yang dapat dilihat dari prosesi pernikahan yang terdiri dari kegiatan pranikah yaitu manyapai boru (melamar), kemudian mangaririt boru (menjajaki calon mempelai perempuan, padamos hata (perkenalan dua keluarga); patobang hata (meminang); marpokat sakahanggi (Mufakat semarga) pada tradisi ini biasanya melibatkan para tetua namun setelah terjadinya akulturasi, sekarang hanya melibatkan keluarga semarga atau keluarga dekat; manulak sere (mengantar emas), namun setelah terjadi akulturasi, sekarang dibawa dengan menggunakan rantang yang kemudian diisi kembali oleh pihak perempuan; malam bainai (malam berinai), setelah terjadi akulturasi kini dilakukan sebagaimana masyarakat Aceh menghias tangannya dengan inai. Sebagai saran dari peneliti khususnya masyarakat Desa Alue Merbau dan generasi penerus suku Angkola- Mandailing. Walaupun zaman telah maju dan modern, namun bagi yang belum mengetahui dan memahami adat dan budaya harus menghargai dan menghormati, meskipun kelestarian dan pengamalannya lama kelamaan mulai luntur.

Kata kunci : Akulturasi, Angkola-Mandailing, Kota Langsa

File ::(login required)
Tipe Items : Skripsi
Penulis/Penyusun : Rian Faizuri
Fakultas : Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan
Program.Studi : Pendidikan Sejarah (2023)
Tanggal disimpan : 10-03-2023 09:50
Terakhir diubah : 10-03-2023 11:03
Penerbit : Langsa, Universitas Samudra, 2023
URI : https://etd.unsam.ac.id/detail.php?id=3902
Root : https://www.unsam.ac.id
Kembali ke atas!